Perbedaan Da’i dan Mubaligh


Malam itu terasa suntuk sekali, dinginnya atmosfir memperkuat nafsu untuk tidur saja. Menunggu seseorang yang membawa pencerahan diforum kajian sebuah asrama. Sempat terpikir kajian asrama malam ini libur. ketika harapan hampir padam, tiba-tiba suara motorpun menyapa seraya membawa pengemudinya…. Ya.. beliau adalah seorang Ustdz. Ustdz Siswo, namanya…. Mungkin sahabat belum pernah mendengar namanya. Akan tetapi kegigihannya sudah teruji dengan menghadiri undangan pembicara hamper  ditiap sudut pelosok Yogyakarta.
                “Assalamu’alaikum….” sapa ust. Siswo.
Sejurus kemudian kami menuju dimana arah datangnya suara itu, “wa’alaikumsalam ustadz..”
                “Anginnya kenceng juga ya mas. Naik motornya nggak berani kenceng-kenceng jadinya…”
Memang kala itu suasana sangat dingin, bulu tangan pun tak berani berbohong. Lantas kami bersama-sama dengan beliau naik kelantai dua.
 ***

Setelah duduk dan merapikan diri, Ust. Siswo memulai ta’lim dengan salam, tasmiyah, dan mukaddimah. Kemudian materi problematika dakwah itu dumulai, Awalnya ngantuk juga.. tapi setelah mendekati akhir, telinga ini agak tergelitik dengan salah satu bahasan tentang karakteristik Da’i dan Mubaligh. Sedikit cerita tentang awal pembentukan nama asrama ini membuat pikiran kembali segar. Hingga Ustadz Siswo melontarkan pertanyaan, “Siapa yang tau perbedaan Da’i dengan Mubaligh?”
                “Emang beda ust…. ? setahu saya sama saja..”, sahut seorang teman.
                “Memang kelihatan sama tapi agak berbeda mas... walaupun menurut bahasa juga hamper sama, menyampaikan-menyeru. Kalau mubaligh, itu adalah muslim yang mampu berbicara didepan umum dengan bahasa yang indah dan menyejukkan. Da’i… itu adalah seorang muslim yang dia belum tentu bisa berbicara dengan baik tetapi dia mampu ngajak orang supaya baik… banyak sekarang Mubaligh terkenal mas, ada Ust. Jeff*i Al-Bukhori, Yus*f mansyur, Ust. Wijay*nto. Mubaligh itu tidak bisa diseting mas, dia dipilih oleh masyarakat. Tapi kalo Da’i…….. semua umat muslim insyaAllah Da’i. Seorang pengusaha, dokter, mereka tidak harus menjadi mubaligh untuk menyiarkan islam. Mereka pun bisa berdakwah sesuai dengan profesinya.”, terang ust. Siswo.
                “hmmmm…. “, 2 teman bernada sama yang membuat seisi ruangan tersebut tersenyum menunjukkan gigi masing-masing seraya menatap si empunya suara.
                “Subhanallah… kompak sekali ya mas? Semoga saling kompak juga dalam hal kebaikan ya. Allahuma….. Amiiin.” 
***

Kita tidak harus menjadi seorang mubaligh, tetapi kita wajib menjadi Da’i. Menyeru kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (٣٣)    
“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"” (QS. Fushilat:33)

            Menyeru itu dengan berbagai cara, kita bisa menggunakan media. Sebutlah Faceb**k, kita dapat berdakwah dengannya, dan insyaAllah pahalapun mengalir jika niat dan cara kita benar. Mulailah sekarang, mulai dari teman terdekat atau unit terkecil dalam masyarakat, kita menyebutnya keluarga.
Wallahu a’lam bishshowab

By: Keigo_ArRifaiy






No comments: