Segala puji bagi Allah, Rabb sekaliyan alam. Yang menciptakan langit, bumi dan segala sesuatu diantara keduanya termasuk manusia dan jin. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon Ampunan-Nya. Pembicaraan mengenai jin akan campur tangannya dalam kehidupan manusia merupakan bahasan yang tidak akan lapuk oleh perubahan jaman, tidak akan sirna oleh kemajuan teknologi. Karena ia dapat dirasakan pengaruhnya di belahan bumi manapun dan kapanpun selama manusia hidup di dunia.
Seperti yang telah kita ketahui, Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka member Aku makan.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56-57)
Setidaknya ada dua pemahaman yang salah tentang bagaimana cara menyikapi eksistensi jin ini. Pertama, tidak mengakui adanya jin dan menganggap bahwa jin hanya ada dalam dongeng atau takhayul, atau menolak tentang adanya campur tangan jin dalam kehidupan manusia. Padahal telah gamblang Allah SWT terangkan, baik dalil naqli maupun aqli tentang hal tersebut. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah[2]: 275)
Imam Al-Qurtubi Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ayat tersebut merupakan bantahan bagi yang mengingkari adanya kesurupan jin dan mengatakan bahwa hal itu semata-mata pengaruh medis belaka, atau setan tidak dapat masuk pada diri manusia dan tidak dapat mengganggunya menjadi gila.” Oleh karena itu terkuaklah bahwa jin dapat mencampuri urusan manusia. Kedua,orang-orang yang percaya akan adanya jin namun sesat dalam memperlakukannya. Adanya praktek perdukunan, sihir, tenung, menyembahnya dengan melakukan ritual-ritual tertentu. Kedua sikap tersebut sangatlah berpotensi menjerumusakan umat dalam kesyirikan, dosa nomor wahid dalam islam.
IDENTITAS JIN DAN SETAN
“Al-Jaan”adalah nenek moyang dari seluruh jin, sebagaimana yang Allah firmankan :
“Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr[15]:27)
Namun apakah penciptaan jin seperti halnya penciptaan Adam dan keturunannya? Yakni beranak pinak seperti manusia? Wallahu a’lam. Ya.. makhluk itu bernama jin, tapi mengapa? Dinamakan jin karena sifatnya yang ijtinan yakni tersembunyi dan tak kasat mata. Kata tersebut diambil dari “janna lail idza azhlama” malam telah menjadikan sesuatu tertutup karena gelapnya. Seperti halnya calon bayi dikatakan “janin” karena bersifat tersembunyi dirahim ibu. Begitu pula nikmatnya surga yg disebut “jannah” karenya tersembunyi pula tempatnya.
Lalu apakan perbedaan jin dan setan(syaitan)? Jelas tentu keduanya sangat berbeda. Jin adalah salah satu makhluk Allah seperti halnya manusia -sesuai pembahasan sebelumnya dalam QS. Adz-Dzariyat[51]: 56-57-, sedangkan setan merupakan sifat. Sifat yang buruk, congak, hasud, terputus dari kebaikan, dan segala perilaku yang menuntun manusia untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Maka barangsiapa, baik manusia maupun jin apabila terindikasi akan hal tersebut maka dapat dikatakan dia syaitan. Jadi syaitan dapat berasal dari jin maupun dari manusia yang telah resmi menjadi musuh para nabi beserta umatnya. Allah Ta’ala berfirman :
”Dan demikianlah Kami jadiakn bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-An’am[6]: 112)
BAGAIMANA JIN DAPAT MENGGANGGU MANUSIA?
Sesungguhnya, gangguan jin terhadap manusia itu benar-benar terjadi. Hal ini telah disaksikan oleh pendengaran manusia, dan panca indra yag lain pun tidak menafikkannya, bahkan justru mengukuhkannya. Kalaulah bukan karena malaikat yang diutus Allah untuk menjaga manusia, maka tentulah tak ada manusia yang dapat lolos dari gangguan jin (syaitan). Yang demikin itu karena manusia tidak dapat melihat jin, sedangkan jin dapat melihat manusia dan memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat.
Mungkin karena manusia tanpa sengaja telah menyakiti mereka dengan menyiram air panas lalu menyakiti mereka, atau telah mengencingi mereka tanpa kita sadari, lalu mereka marah dan menyakiti manusia. Ada pula kedzaliman diantara mereka, sehingga mereka mengganggu manusia tanpa sebab.
Jin (syaitan) selalu menggoda manusia untuk berbuat munkar. Melalui bisikan-bisikannya yang indah sehingga memanjakan nafsu membuat manusia lupa akan hakikatnya, yaitu untk selalu taat kepada Yang Maha Suci, Allah SWT. Melalaikan hal-hal yang fardhu, tenggelam kedalam hal-hal yang mubah dan akhirnya terperosok kejurang kenistaan tanpa kita sadari.
Selain itu, syaitan dari golongan jin juga dapat mengganggu manusia dengan cara merasuki tubuh manusia hingga ia hilang akal (gila). Gangguan seperti ini dapat bermacam-macam gejalanya, dari mulai yang berkepanjangan berada di jasadnya, sampai yang ringan yaitu tidak lebih dari beberapa detik seperti mimpi buruk. Tanda-tanda yang sering muncul pada orang yang diganggu oleh jin ketika terjaga antara lain: pikiran kacau; sering pusing yang tidak disebabkan oleh panyakit pada kedua mata, kedua telinga, hidung, sisi tenggorokan atau lambung; sering lesu dan malas; senantiasa berpaling dari dzikrullah, shalat dan keta’atan-keta’atan lainnya. dan yang paling mudah kita lihat adalah kesurupan. Ada juga tanda-tanda yang muncul ketika dia tidur: sulit tidur malam; kecuali setelah lama bersusah payah; mimpi buruk yaitu melihat sesuatu yang mengancamnya; tertawa, menangis dan berteriak saat tidur; berdiri dan berjalan waktu tidur; mimpi melihat binatang.
BAGAIMANA CARA MENCEGAH GANGGUAN JIN?
Allah Ta’ala telah menganjurkan setiap umat mulim untuk senantiasa mengingat-Nya, dan jika seorang hamba ingat kepada Allah, menyebut-nyebut nama Allah, maka Allah pun juga akan menyebut-nyebut nama hamba tersebut, sehingga semakin dekatlah ia dengan Allah SWT. Ketika Allah SWt sudah meridhoi seorang hamba, akankah dia membiarkan hambanya dalam bahaya? tentu tidak. Dzikrullah.. kata agung yang menggetarkan isi hati, dan semua penduduk langit, jika kita memahaminya dengan benar. Dan dzikir yang lurus adalah dzikir hanya untuk mendapatkan ridho Allah semata. Rasulullah SAW telah mencontohkan dzikir yang dapat kita amalkan, berikut diantaranya :
1. Membaca QS. Al-baqarah[2]: 255 (ayat kursi) setiap selesai sholat lima waktu, atau dibaca ketika akan tidur. Rasulullah bersabda dalam hadistnya yang sahih : “barangsiapa membaca ayat kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syaitan tidak mendekatinya sampai subuh”
2. Membaca surah Al-Ikhlas, surah Al-falaq, dan surah An-Naas setiap akhir sholat fardhu. Sesuai dengan hadist riwayat Abu-Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i.
3. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu 285-286 pada permulaan malam, sesuai sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya”(HR. Bukhori)
4. Berdoa ketika memasuki suatu tempat, atau berada di padang pasir, di udara atau di laut. Sabda Rasulullah SAW, “barangsiapa singgah di suatu tempat dan dia mengucapkan : ‘A’uudzu bi kalimaatillahi attaammaati min syarri maa khalaq’ (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu.”
Demikianlah penjelasan singkat mengenai campur tangan jin di alam manusia, semoga bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Wa shalallahu wa sallama wa Baraka ‘ala nabiyyina muhammadin wa alihi wa shahbihi ajma’in. Wa akhiru da’wana anilhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Keigo_ArRifaiy