Sejatinya Cinta


Alangkah nestapa, berjalan dalam kegelapan 
Bagai dalam lorong gelap tak tentu kemana arah...

Setiap langkah penuh ketakutan 
Pandangan buta, 
Badan tergesek, 
Kaki terpeleset..

Sungguh beruntung orang yang berjalan dibawah cahaya terang..
Setiap langkah terasa pasti, 
Setiap duri mudah dihindari, 
Setiap masalah pasti ada solusi..

Cahaya... itulah yang menentramkan hati.. 
Cahaya dari Dia Yang Maha Pemberi Rahmat dan Kasih Sayang

Cahaya itu adalah CINTA.....

Mendapatkan Cahaya berarti mendapatkan cinta. Sahabat, banyak sekali cinta didunia... maka berlindunglah kepad ALLAH SWT dari cinta palsu. lalu apa sejatinya cinta? cinta yang bagaimanakah yang benar itu? bagaimana  cara kita mendapatkannya?
Lantunan Nasyid berikut insyaAllah dapat menjawabnya..
  


Belajar dari Jantung, Diisi dan Mengisi

Jantung Fisiologis

Sungguh.. Allah Maha Bijaksana, semua sudah terukur sempurna tanpa cacat. Allah SWT menciptakan Jantung sebagai motor penyuplai kebutuhan tubuh. Bagi hamba yang berkecimpung di dunia kesehatan tentu tidak asing lagi mendengarnya. 
Jantung ini merupakan refleksi kehidupan seorang hamba(baca:da'i). Jantung mengisi dirinya dahulu melalui arteri koronaria, baru nanti dia dapat mengalirkan darah, untuk memberikan kontribusi penting bagi tubuh. Begitu pula kita, hendaknya mengisi dan diisi... contohlah seorang dosen/guru, dia hendaknya mengisi pemahamannya terkait materi yang akan dia berikan. kalo menasehati sih.. semua orang juga bisa. Yang menjadi perhatian adalah apakah setiap orang yang menasehati itu juga menasehati dirinya sendiri? apakah orang yang menasehati itu sudah melakukan apa yang dia katakan? (paling tidak ada niatan dan usaha untuk itu)

Begitu pula kita, sebagai Agen of Change, haruslah selalu memperkaya ilmu syar'i, menenggelamkan diri dalam majelis, guna mengisi diri dengan bekal untuk hidup yang sementara ini. Apa jadinya jika seseorang yang mengarungi hidup, dia kurang mumpuni dalam hal ilmu syar'i dan hal-hal terkait itu. bisa jadi dia melakukan kesalahan yang dia sendiri tidak tahu bahwa sikap atau perilakunya kurang sesuai dengan yang seharusnya.  Efeknya bisa dirasakan pula oleh setiap insan yang melihat kita. mereka mungkin berfikir, "Oohh.. yang kek gitu boleh ya dalam islam?", padahal yang dimaksut bertentangan dengan syariat. Hingga akhirya kita ikut menanggung dosa akhibat perilaku kita yang kurang islami dicontoh oleh teman seitar kita. Na'udzubilah. Sahabat, janganlah sia-siakan hidup sebenarnya, dinegeri akhirat nan abadi dengan kehidupan yang melenakan ini.

maka kemampuan diri untuk meluhat jauh kedalam diperlukan disini. Apakah masing-masing kita sudah memiliki cukup ilmu? masihkah ibadah kita hanya sekedar ikut-ikutan saja? apakah akhlak kita sudah sesuai dengan syariat? masih adakah cacat niatan hidup dalam diri? 
Sahabat, manusia memang makhluk yang tidak sempurna, akan tetapi manusia yang mendekati sempurna adalah ketika dia sadar akan ketidak sempurnaan itu, untuk kemudian selalu belajar menjadi yang lebih baik lagi, yang lebiiih baik lagi dan lebiiii....hh baik lagi.

Anggaplah sekarang kita sudah diISI, maka saatnya kita mengISI......

Sahabat dapat memulai dari keluarga sendiri, hidupkan nilai islam didalamnya. Salam ketika masuk rumah, cium tangan orang tua, memahamkan adik akan kebenaran islam, dsb. atau dengan teman yang setiap hari kita temui, "watawa saubil haq, watawa saubishshabr" (QS. Al-'Asr[103]:3)

Jadilah jantung bagi dunia, 
Beramal atas dasar cinta,

Cinta... karena Allah Ta'ala






   

Resep Agar Menjadi Orang yang Beruntung

                Keberuntungan merupakan hal yang kadang dijadikan sandaran bagi orang yang sudah pasrah akan keadaanya, tentu setelah berusaha sebelumnya. Bahkan dalam situasi tertentu hal tersebut sangat dinanti kemunculanya. Orang jawa menyebutnya “Bejo”,  “wong pinter, kalah karo wong bejo”. Menjadi orang yang beruntung atau orang yang bejo, itu tidak dapat kita andalkan. Akan tetapi keberuntungan bisa menjadi hampir pasti, tatkala kita taqwa kepada Allah SWT. Melaksanakan perintahNYA dan menjauhi larangNYA. Hal tersebut merupakan bagian dari kemurahan Allah Subhanahu wa ta’ala, atas hambanya yang senantiasa beribadah dengan ikhlas, dimanapun dan kapanpun. Percaya? Sahabat,  mari kita lihat surat cinta Allah berikut.
 “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali-Imran [3]:200)
                Dari ayat diatas maka jelaslah, resep bagi orang yang ingin beruntung, bukan hanya didunia namun juga diakhirat, yaitu taat kepada Allah SWT. Keberuntungan merupakan salah satu tanda bahwa Allah ridha kepada kita, ridha akan apa yang kita perbuat. Hingga kadang kita secara tidak disangka-sangka sebelumnya, beberapa keperluan kita didunia dimudahkan oleh Allah SWT. Kalo boleh saya berkata, itu adalah hasil akumulasi dari ketaatan kita kepada Allah SWT. Mulai dari ujian yang disangka susah kemudian Allah membukakan pikiran kita, sampai kepada -bagi anak kost- jatah perbulan yang menipis namun kita masih dapat hidup dan makan. Subhanallah, sadarilah sahabat, itu adalah kemudahan-kemudahan dari Rabb kita. Kita sepatutnya bersyukur akan hal itu, yaitu dengan melakukan ketaatan-ketaatan yang semakin ikhlas. Semakin banyak kita bersyukur, maka peluang kita mendapatkan keberuntungan juga semakin terbuka lebar. Itulah resepnya.
                Sahabat, mari resapilah setiap nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Pemberi Rizqi, niscaya disetiap ibadah kita akan menjadi khusuk dan serasa nikmat tak terkira. Nikmat karena kita sudah mengambil bagian kita diakhirat nanti. Nikmat karena mampu bersyukur atas apa yang diberi. Nikmat karena kita beruntung masih mendapatkan cahaya islam sampai detik ini. Hingga akhirnya, kita beruntung akan kesempatan bertemu Dzat yang menciptakan kita dari sesuatu yang hina, dari setetes air mani kemudian menjadi sesuatu yang dapat mempertanggungjawabkan diri. Barakallah.
                

CAMPUR TANGAN JIN di ALAM MANUSIA



Segala puji bagi Allah, Rabb sekaliyan alam. Yang menciptakan langit, bumi dan segala sesuatu diantara keduanya termasuk manusia dan jin. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon Ampunan-Nya. Pembicaraan mengenai jin akan campur tangannya dalam kehidupan manusia merupakan bahasan yang tidak akan lapuk oleh perubahan jaman, tidak akan sirna oleh kemajuan teknologi. Karena ia dapat dirasakan pengaruhnya di belahan bumi manapun dan kapanpun selama manusia hidup di dunia.
Seperti yang telah kita ketahui, Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka member Aku makan.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56-57)
Setidaknya ada dua pemahaman yang salah tentang bagaimana cara menyikapi eksistensi jin ini. Pertama, tidak mengakui adanya jin dan menganggap bahwa jin hanya ada dalam dongeng atau takhayul, atau menolak tentang adanya campur tangan jin dalam kehidupan manusia. Padahal telah gamblang Allah SWT terangkan, baik dalil naqli maupun aqli tentang hal tersebut.   Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah[2]: 275)
Imam Al-Qurtubi Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ayat tersebut merupakan bantahan bagi yang mengingkari adanya kesurupan jin dan mengatakan bahwa hal itu semata-mata pengaruh medis belaka, atau setan tidak dapat masuk pada diri manusia dan tidak dapat mengganggunya menjadi gila.” Oleh karena itu terkuaklah bahwa jin dapat mencampuri urusan manusia. Kedua,orang-orang yang percaya akan adanya jin namun sesat dalam memperlakukannya. Adanya praktek perdukunan, sihir, tenung, menyembahnya dengan melakukan ritual-ritual tertentu. Kedua sikap tersebut sangatlah berpotensi menjerumusakan umat dalam kesyirikan, dosa nomor wahid dalam islam.
IDENTITAS JIN DAN SETAN
“Al-Jaan”adalah nenek moyang dari seluruh jin, sebagaimana yang Allah firmankan :
“Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr[15]:27)
Namun apakah penciptaan jin seperti halnya penciptaan Adam dan keturunannya? Yakni beranak pinak seperti manusia? Wallahu a’lam. Ya.. makhluk itu bernama jin, tapi mengapa? Dinamakan jin karena sifatnya yang ijtinan yakni tersembunyi dan tak kasat mata. Kata tersebut diambil dari “janna lail idza azhlama” malam telah menjadikan sesuatu tertutup karena gelapnya. Seperti halnya calon bayi dikatakan “janin” karena bersifat tersembunyi dirahim ibu. Begitu pula nikmatnya surga yg disebut “jannah” karenya tersembunyi pula tempatnya.
Lalu apakan perbedaan jin dan setan(syaitan)? Jelas tentu keduanya sangat berbeda. Jin adalah salah satu makhluk Allah seperti halnya manusia  -sesuai pembahasan sebelumnya dalam QS. Adz-Dzariyat[51]: 56-57-, sedangkan setan merupakan sifat. Sifat yang buruk, congak, hasud, terputus dari kebaikan, dan segala perilaku yang menuntun manusia untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Maka barangsiapa, baik manusia maupun jin apabila terindikasi akan hal tersebut maka dapat dikatakan dia syaitan. Jadi syaitan dapat berasal dari jin maupun dari manusia yang telah resmi menjadi musuh para nabi beserta umatnya. Allah Ta’ala berfirman :
”Dan demikianlah Kami jadiakn bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-An’am[6]: 112)
 BAGAIMANA JIN DAPAT MENGGANGGU MANUSIA?
Sesungguhnya, gangguan jin terhadap manusia itu benar-benar terjadi. Hal ini telah disaksikan oleh pendengaran manusia, dan panca indra yag lain pun tidak menafikkannya, bahkan justru mengukuhkannya. Kalaulah bukan karena malaikat yang diutus Allah untuk menjaga manusia, maka tentulah tak ada manusia yang dapat lolos dari gangguan jin (syaitan). Yang demikin itu karena manusia tidak dapat melihat jin, sedangkan jin dapat melihat manusia dan memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat.
Mungkin karena manusia tanpa sengaja telah menyakiti mereka dengan menyiram air panas lalu menyakiti mereka, atau telah mengencingi mereka tanpa kita sadari, lalu mereka marah dan menyakiti manusia. Ada pula kedzaliman diantara mereka, sehingga mereka mengganggu manusia tanpa sebab.
Jin (syaitan) selalu menggoda manusia untuk berbuat munkar. Melalui bisikan-bisikannya yang indah sehingga memanjakan nafsu membuat manusia lupa akan hakikatnya, yaitu untk selalu taat kepada Yang Maha Suci, Allah SWT. Melalaikan hal-hal yang fardhu, tenggelam kedalam hal-hal yang mubah dan akhirnya terperosok kejurang kenistaan tanpa kita sadari.
Selain itu, syaitan dari golongan jin juga dapat mengganggu manusia dengan cara merasuki tubuh manusia hingga ia hilang akal (gila).  Gangguan seperti ini dapat bermacam-macam gejalanya, dari mulai yang berkepanjangan berada di jasadnya, sampai yang ringan yaitu tidak lebih dari beberapa detik seperti mimpi buruk. Tanda-tanda yang sering muncul pada orang yang diganggu oleh jin ketika terjaga antara lain: pikiran kacau; sering pusing yang tidak disebabkan oleh panyakit pada kedua mata, kedua telinga, hidung, sisi tenggorokan atau lambung; sering lesu dan malas; senantiasa berpaling dari dzikrullah, shalat dan keta’atan-keta’atan lainnya. dan yang paling mudah kita lihat adalah kesurupan. Ada juga tanda-tanda yang muncul ketika dia tidur: sulit tidur malam; kecuali setelah lama bersusah payah; mimpi buruk yaitu melihat sesuatu yang mengancamnya; tertawa, menangis dan berteriak saat tidur; berdiri dan berjalan waktu tidur; mimpi melihat binatang.
 BAGAIMANA CARA MENCEGAH GANGGUAN JIN?
Allah Ta’ala telah menganjurkan setiap umat mulim untuk senantiasa mengingat-Nya, dan jika seorang hamba ingat kepada Allah, menyebut-nyebut nama Allah, maka Allah pun juga akan menyebut-nyebut nama hamba tersebut, sehingga semakin dekatlah ia dengan Allah SWT. Ketika Allah SWt sudah meridhoi seorang hamba, akankah dia membiarkan hambanya dalam bahaya? tentu tidak. Dzikrullah.. kata agung yang menggetarkan isi hati, dan semua penduduk langit, jika kita memahaminya dengan benar. Dan dzikir yang lurus adalah dzikir hanya untuk mendapatkan ridho Allah semata. Rasulullah SAW telah mencontohkan dzikir yang dapat kita amalkan, berikut diantaranya :
1. Membaca QS. Al-baqarah[2]: 255 (ayat kursi) setiap selesai sholat lima waktu, atau dibaca ketika akan tidur. Rasulullah bersabda dalam hadistnya yang sahih : barangsiapa membaca ayat kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syaitan tidak mendekatinya sampai subuh
2. Membaca surah Al-Ikhlas, surah Al-falaq, dan surah An-Naas setiap akhir sholat fardhu. Sesuai dengan hadist riwayat Abu-Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i.
3. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu 285-286 pada permulaan malam, sesuai sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya”(HR. Bukhori)
4. Berdoa ketika memasuki suatu tempat, atau berada di padang pasir, di udara atau di laut. Sabda Rasulullah SAW, “barangsiapa singgah di suatu tempat dan dia mengucapkan : ‘A’uudzu bi kalimaatillahi attaammaati min syarri maa khalaq’ (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu.”
Demikianlah penjelasan singkat mengenai campur tangan jin di alam manusia, semoga bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Wa shalallahu wa sallama wa Baraka ‘ala nabiyyina muhammadin wa alihi wa shahbihi ajma’in. Wa akhiru da’wana anilhamdulillahi rabbil ‘alamin.
           
Keigo_ArRifaiy